Especially for someone out there.. Gue nggak bisa bikin puisi, karena gue bukan tipe cewek yang puitis. Jadi, gue cuma bisa menjabarkan isi hati gue (duileh! lebay..) dengan cara seperti ini, posting di blog dan apa adanya, tidak dibuat-buat, apalagi hiperbola. Semua yang gue tulis di postingan yang satu ini jujur dari lubuk hati gue terdalam. Oke, actually i do really confuse how to start it.
Intinya, i love him. Sudah 8 bulan berjalan hubungan kami, tapi semakin hari adaaa aja masalah yang bikin kami berdua jadi suka berantem. Gue benci! Gue nggak suka berantem sama pacar! Apa yang harus diubah dari diri gue? Bingung. Kalo gue diem namanya gue lagi nahan kesel, kalo gue marah-marah yaa kasian pacar gue lah kena omelan gue terus. Kata teman-teman, Devina Janice itu kalo lagi marah sumpah demi apapun asli nggak bohong MUKANYA NYEBELIN BANGET! Maka dari itu gue nggak pernah mau berkaca kalo gue lagi marah. Takut ngeliat muka sendiri. Menyedihkan ya.. Ini muka ciptaan yang Maha Kuasa eh, tapi gue nggak bisa mempergunakan muka gue dengan baik seperti senyum, dan tetap tersenyum walaupun dalam hati berkecamuk pengen ngamuk sama ngomel-ngomel nggak jelas. Yang paling menyedihkan lagi adalah.. kenapa gue harus marah-marah sama pacar gue? Kenapa gue nggak marah-marah sama tembok aja atau sama boneka-boneka gue, seenggaknya mereka benda mati, kalau gue omelin mereka nggak bakalan denger, kalau gue pukul mereka nggak akan kesakitan. Padahal, mungkin gue bisa membicarakan masalah kami dengan santai, kepala dingin dan nggak pake nada tinggi, tetapi.. lagi-lagi kenapa gue nggak bisa mengontrol emosi gue sendiri ya? Gue sok banget kayak orang punya penyakit darah tinggi, hahaha.. padahal baru aja diukur tensi darah kemarin, eh ternyata gue termasuk orang yang darah rendah.
I apologize for my T.
Devina Janice akan mengontrol emosi untuk kedepannya. Semoga bisa. Amin.
Pengen, sih ke psikolog lalu gue akan menanyakan 5 pertanyaan berikut:
1. Apa kabar Pak/Bu? Saya mau konsultasi, nih ada waktu nggak?
2. Kenapa ya saya suka marah?
3. Gimana caranya biar nggak suka marah?
4. Ada Obatnya nggak?
5. Kalo ada saya mau dong?
Kasihan my T, my family, and my friends kalau harus ngeliat gue suka marah-marah. Di umur gue yang 16 tahun ini, seharusnya gue tambah dewasa, bukannya makin childish dan kisruh. Ada apa dengan saya? Saya cuma butuh 3 yaitu, sabar, sabar dan sabar.
Masalah baru muncul akhir-akhir ini, yang seharusnya masalah itu nggak ada kalau gue mau bersabar sedikit aja. I don't really know.. Sebenarnya, pacar gue itu merasa beruntung atau apes punya pacar seorang gue? Orang tua gue merasa bangga atau tidak punya anak seperti gue? Apakah teman-teman gue merasa jengkel sama sikap gue?
Mulai hari ini, gue harus merubah sikap gue 180 derajat! Terima kasih kepada emosi-emosi gue yang sudah membantu gue dalam memperbanyak masalah, hahahaha.. and now, goodbye! I want to find the way how to make my life and all the people around me feel happy when they meet me, talk to me, listen to me, and hang out with me. For sixteenth years, I've been really BAD and SUCKS!
Goodbye Girl In Me.. Hello Woman In Me!
Intinya, i love him. Sudah 8 bulan berjalan hubungan kami, tapi semakin hari adaaa aja masalah yang bikin kami berdua jadi suka berantem. Gue benci! Gue nggak suka berantem sama pacar! Apa yang harus diubah dari diri gue? Bingung. Kalo gue diem namanya gue lagi nahan kesel, kalo gue marah-marah yaa kasian pacar gue lah kena omelan gue terus. Kata teman-teman, Devina Janice itu kalo lagi marah sumpah demi apapun asli nggak bohong MUKANYA NYEBELIN BANGET! Maka dari itu gue nggak pernah mau berkaca kalo gue lagi marah. Takut ngeliat muka sendiri. Menyedihkan ya.. Ini muka ciptaan yang Maha Kuasa eh, tapi gue nggak bisa mempergunakan muka gue dengan baik seperti senyum, dan tetap tersenyum walaupun dalam hati berkecamuk pengen ngamuk sama ngomel-ngomel nggak jelas. Yang paling menyedihkan lagi adalah.. kenapa gue harus marah-marah sama pacar gue? Kenapa gue nggak marah-marah sama tembok aja atau sama boneka-boneka gue, seenggaknya mereka benda mati, kalau gue omelin mereka nggak bakalan denger, kalau gue pukul mereka nggak akan kesakitan. Padahal, mungkin gue bisa membicarakan masalah kami dengan santai, kepala dingin dan nggak pake nada tinggi, tetapi.. lagi-lagi kenapa gue nggak bisa mengontrol emosi gue sendiri ya? Gue sok banget kayak orang punya penyakit darah tinggi, hahaha.. padahal baru aja diukur tensi darah kemarin, eh ternyata gue termasuk orang yang darah rendah.
I apologize for my T.
Devina Janice akan mengontrol emosi untuk kedepannya. Semoga bisa. Amin.
Pengen, sih ke psikolog lalu gue akan menanyakan 5 pertanyaan berikut:
1. Apa kabar Pak/Bu? Saya mau konsultasi, nih ada waktu nggak?
2. Kenapa ya saya suka marah?
3. Gimana caranya biar nggak suka marah?
4. Ada Obatnya nggak?
5. Kalo ada saya mau dong?
Kasihan my T, my family, and my friends kalau harus ngeliat gue suka marah-marah. Di umur gue yang 16 tahun ini, seharusnya gue tambah dewasa, bukannya makin childish dan kisruh. Ada apa dengan saya? Saya cuma butuh 3 yaitu, sabar, sabar dan sabar.
Masalah baru muncul akhir-akhir ini, yang seharusnya masalah itu nggak ada kalau gue mau bersabar sedikit aja. I don't really know.. Sebenarnya, pacar gue itu merasa beruntung atau apes punya pacar seorang gue? Orang tua gue merasa bangga atau tidak punya anak seperti gue? Apakah teman-teman gue merasa jengkel sama sikap gue?
Mulai hari ini, gue harus merubah sikap gue 180 derajat! Terima kasih kepada emosi-emosi gue yang sudah membantu gue dalam memperbanyak masalah, hahahaha.. and now, goodbye! I want to find the way how to make my life and all the people around me feel happy when they meet me, talk to me, listen to me, and hang out with me. For sixteenth years, I've been really BAD and SUCKS!
Goodbye Girl In Me.. Hello Woman In Me!
0 komentar:
Posting Komentar