Awalnya, waktu Gue kelas 4 SD, Gue pengen banget jadi pelukis, tapi kata mama, "Ngapain Kamu jadi pelukis? Nggak ada duitnya." Berhubung Gue masih anak kecil yang tidak tahu apa-apa jadi tentu saja Gue mengelak dan tetap bersikeras untuk menjadi pelukis. Tetapi, seiringnya berjalannya waktu dan Gue pun tumbuh dewasa, tepatnya kelas 6 SD, Gue menyadari kebenaran nasihat orang tua Gue yang mengatakan bahwa pelukis itu nggak ada duitnye. Jadi, Gue memutuskan untuk mengganti cita-cita Gue yang dahulu menjadi tidak ada cita-cita karena belum dipikirin lagi Gue mau jadi apa. Yah.. Begitulah pahitnya masa-masa mengambang. Jadi, setiap ditanya oleh Bapak Kepala Sekolah, "Disini ada yang tidak punya cita-cita?" Wow! Pertanyaan yang sangat sulit sekali. Gue mau mengacungkan jari telunjuk tapi malu, alhasil Gue diem aja, berpura-pura menjadi orang yang punya cita-cita. Actually, I did not. Masa itu berlangsung sampai dengan Gue masuk kelas 1 SMP. I still did not have any plan for my future. Pada saat kakak-kakak MOS bertanya, "Kamu mau jadi apa?" dengan gampangnya Gue menjawab, "Astronot, Kak." Kemudian si kakak pun berkata, "Kalo gitu, sekarang kamu peragain gaya astronot kalo lagi di luar angkasa." Jeger! Gimana gayanya? Salto? Goyang ngebor? Atau gaya pura-pura ngambang? Aduh, kapok deh Gue asal jawab cita-cita Gue lagi.
Naik ke kelas 2 SMP, Gue menemukan cita-cita Gue! Dan ternyata cita-cita Gue selama ini ngumpet dibalik kolong tempat tidur (loh?) Yap! Gue memutuskan untuk menjadi penyiar radio saja. Pekerjaan yang menyenangkan, tinggal cuap-cuap terus dapet upah yang lumayan besar, makin eksis dan terkenal pula. Mantap. Tetapi, pada suatu hari ada seseorang sahabat baik yang berkata kepada Gue, mengomentari keputusan cita-cita Gue untuk menjadi penyiar radio, "Lo mau jadi penyiar radio? Ih, cetek banget cita-cita lo." WHAAAAAT?! Rasanya seperti dihujam seribu tombak dan ditohok oleh satu juta garpu. Karena mendengar komentarnya, Gue pun memutuskan. Waktunya ganti cita-cita. Lagi.
Kelas 3 SMP, Gue pengen jadi Ibu Rumah Tangga yang baik hati dan punya usaha sendiri yaitu membuka Rental DVD. Hahahaha.. itu adalah sebuah cita-cita yang konyol dan tidak akan membuat orang tua Gue bangga, akhirnya Gue mengganti cita-cita Gue lagi.
Now, I'm sixteenth. Kata orang, MALU WOY NGGAK PUNYA CITA-CITA! Jadi, I have decided. I want to be a DIPLOMAT. Bekerja di Departemen Luar Negeri, nantinya Gue akan dikirim ke negara ini negara itu untuk melaksanakan tugas dan amanat dari negeri tercinta Republik Indonesia. Ini adalah pilihan terakhir Gue. Dan.. Gue harus mewujudkannya.
Naik ke kelas 2 SMP, Gue menemukan cita-cita Gue! Dan ternyata cita-cita Gue selama ini ngumpet dibalik kolong tempat tidur (loh?) Yap! Gue memutuskan untuk menjadi penyiar radio saja. Pekerjaan yang menyenangkan, tinggal cuap-cuap terus dapet upah yang lumayan besar, makin eksis dan terkenal pula. Mantap. Tetapi, pada suatu hari ada seseorang sahabat baik yang berkata kepada Gue, mengomentari keputusan cita-cita Gue untuk menjadi penyiar radio, "Lo mau jadi penyiar radio? Ih, cetek banget cita-cita lo." WHAAAAAT?! Rasanya seperti dihujam seribu tombak dan ditohok oleh satu juta garpu. Karena mendengar komentarnya, Gue pun memutuskan. Waktunya ganti cita-cita. Lagi.
Kelas 3 SMP, Gue pengen jadi Ibu Rumah Tangga yang baik hati dan punya usaha sendiri yaitu membuka Rental DVD. Hahahaha.. itu adalah sebuah cita-cita yang konyol dan tidak akan membuat orang tua Gue bangga, akhirnya Gue mengganti cita-cita Gue lagi.
Now, I'm sixteenth. Kata orang, MALU WOY NGGAK PUNYA CITA-CITA! Jadi, I have decided. I want to be a DIPLOMAT. Bekerja di Departemen Luar Negeri, nantinya Gue akan dikirim ke negara ini negara itu untuk melaksanakan tugas dan amanat dari negeri tercinta Republik Indonesia. Ini adalah pilihan terakhir Gue. Dan.. Gue harus mewujudkannya.
0 komentar:
Posting Komentar