Beberapa hari yang lalu, gue nge-tweet: ‘Enak banget jadi situ, tukeran hidup yuk!’ Yaa maklum, kadang-kadang gue suka iri sama orang lain yang terlihat lebih beruntung hidupnya daripada gue. Agak menyesal sih sudah mengungkapkan perasaan yang menunjukan kalo gue-sangat-tidak-bersyukur dengan hidup gue. Tidak bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh-Nya seperti oksigen yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta secara cuma-cuma, gratis dan tidak perlu bayar di setiap hirupan. Bayangin aja kalau misalnya setiap kita nafas, kita harus beli oksigen. Nggak akan muncul tuh Gayus Tambunan Sampah Negara dengan uang bermiliat-miliar, Nazarudin Si Tukang Kabur, dan pejabat-pejabat yang menganggap uang 800 juta adalah uang recehan. Yang kaya akan jadi miskin karena uangnya buat bayar oksigen, yang miskin mungkin udah meninggal gara-gara tidak punya cukup uang untuk membeli oksigen. Nah, kalau gue sudah mulai kena gejala ‘tidak bersyukur’ maka gue langsung mengingat tentang permisalan oksigen ini. Dan bersyukur kembali.
Pastinya bukan cuma gue yang merasa tidak berkecukupan dalam hidup, orang lain pasti ada yang lebih banyak cobaan hidupnya daripada gue. Dan mereka merasakan hal yang sama, ingin tukeran hidup sama orang lain, orang yang sering bikin kita ‘ngiler’ dan sirik. Kriteria orang yang suka bikin sirik adalah:
1. Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau dan dia butuhkan.
2. Hidupnya damai seakan-akan cobaan yang mendatanginya hanya sedikit.
3. Mendapatkan uang secara gampang dan mudah.
4. Fasilitas di tempat tinggal sudah lengkap.
5. Ada pembantu (hehe, menurut gue pembantu itu bisa disamakan dengan malaikat rumah tangga)
6. Dan masih banyak lagi…
Yang pastinya kalau gue sebutkan satu-persatu nggak akan pernah habis. Kata guru agama gue, semua orang itu pasti punya cobaan hidup, nggak mungkin hidupnya sempurna. Ya betul itu, ada cobaan yang enak dan nggak enak. Bagi manusia yang mendapatkan cobaan enak termasuk golongan manusia ‘How Lucky You Are.’ Bagi manusia yang mendapatkan cobaan tidak enak sampai-sampai ‘bernafas’ aja susah, termasuk golongan ‘How Pity You Are’. Yah yang penting disyukuri aja ya, teman-teman yang senasib. Bersyukur, masih beruntung diberikan apa yang kita butuhkan walaupun mungkin tidak semua kebutuhan kita dipenuhi.
Untuk golongan manusia ‘How Lucky You Are’ harus meningkatkan banyak amal dan bersyukur yang tidak ada putus dan habisnya karena sudah ditempatkan di cobaan yang enak. Untuk golongan ‘How Pity You Are’ jangan jadi manusia yang musyrik. Mentang-mentang susah, jadi nyembah patung, ke dukun, pelihara upin-ipin (re: tuyul). Harus lebih banyak usaha, amal selagi ada uang, dan tetap bersyukur.
Hampir lupa, waktu gue nge-tweet kalimat sesuai dengan judul postingan diatas, tidak menyangka, banyaaaaaaaaaaaaaaaaak banget yang nge-Retweet sampai-sampai orang yang bukan followers dan nggak gue kenal juga ikut-ikutan nge-RT. Artinya, mereka juga merasa bahwa hidup mereka ‘kekurangan’. Mungkin kekurangan jalan-jalan tiap weekend, kekurangan duit jajan karena cuma 50 ribu per hari, kekurangan pacar (?), kekurangan kualitas otak, kekurangan kasih sayang dari orang tua, kekurangan tunjangan dari pemerintah (makanya pada korupsi semua!), kekurangan ini itu endebra endebre. Yah.. Bersyukur aja lah, seperti yang udah gue bilang diatas. Hidup itu berputar bagaikan roda sepeda fixie. Kadang berada diatasnya lama, kadang cepet banget merasakan hidup enak diatas kemudian kembali kebawah, kadang berada dibawah terus alias susah untuk ‘bernafas’ sulit untuk ‘bergerak.’
Maaf ya kalau postingan ini rada sensitif. No offense loh. Jadi kalau ada yang tersinggung maaf-maaf aja karena berpendapat itu bebas, tidak dilarang oleh hukum.
0 komentar:
Posting Komentar