Oh Gosh.. This blog is full of spider net, haven't touched it since...2011?! I am really really feeling sorry for myself to let this poor blog abandoned in a long time. So, in this time I would make a promise that I will share every little thing to this blog so I can re-read and re-read again how awful I am in writing and also remember all the stuffs that ever happened in my life.
Posting terakhir di bulan Desember 2011 tentang kekhawatiran gue menjelang UAN diiringi dengan kehadiran SNMPTN Undangan, SNMPTN Tulis, SIMAK UI, dan berbagai macam jalur untuk masuk ke perguruan tinggi negeri and, as you know larangan orang tua untuk masuk universitas swasta membuat gue semakin ngeri dalam menghadapai all that fucking tests. Plus, gue sama sekali nggak mengambil bimbingan belajar apapun selain les matematika yang menurut gue lebih banyak ngobrol dan ketawa-ketiwi sama gurunya dibanding belajar berhitungnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa persiapan gue dalam menghadapai semua tes-tes PTN yang tingkat kesulitannya sudah stadium 4 adalah 0.
Jujur, waktu dulu ngeliat temen-temen gue berangkat bimbingan belajar buat persiapan masuk universitas negeri itu rasanya bahagia. Bahagia aja ngeliat temen-temen yang punya kesempatan untuk belajar lebih mendalam untuk tes masuk PTN. Gue sama sekali nggak ikut bimbel bukan karena gue sok pinter, belagu, dan merasa bisa. Tapi karena satu hal, gue nggak punya duit buat bayar bimbel. Jadi gue cuma bisa berharap dapet ilmu yang cukup dari pendalaman materi di sekolah dan juga les matematika privat yang dimana gurunya aja gue cari sendiri dan kadang biaya les juga gue yang bayar sendiri. Life's just getting tougher and toughest, you know.
Kemudian, alasan-alasan kenapa gue nggak boleh masuk universitas swasta itu ada dua, yaitu:
1. Universitas Negeri lebih murah biaya pendidikannya dibanding Universitas Swasta.
2. Cita-cita bokap pengen punya anak kuliah di PTN.
3. Gue bisa jadi cucu eyang-embah pertama yang masuk Universitas Negeri, yaa seperti pecah telor lah.
Seems legit, right?
Dengan persiapan sama dengan 0 itu bukan berarti gue nggak berusaha dan belajar. I have tried! Tapi di tahun 2012 ini anak-anak pintar atau licik semakin banyak, jadi pesaing-pesaing itu lah yang membuat gue nggak lolos SNMPTN baik diundang maupun tulis (ngeles). Nasib gagal pun tidak berubah ketika gue ikutan SIMAK UI dan juga tes masuk Universitas Padjajaran dengan jalur mandiri. How poor I am.
Gue udah mulai hopeless. Bokap pun juga udah menunjukan sinyal-sinyal bahwa gue harus mengulang tes PTN tahun depan, dengan artian tahun ini gue harus menganggur dan yeah..belajar lagi. UGM, UI, dan Unpad sudah menolak gue secara resmi. Gue pun melayangkan pikiran gue untuk mencari PTN yang berkualitas lainnya agar bisa membuat bokap bangga dan lega. Kemudian pilihan pun jatuh diantara Universitas Diponegoro dan juga Universitas Brawijaya.
Dulu, gue sama sekali nggak kepikirian buat kuliah jauh-jauh dari rumah. Paling jauh ya harus Bandung yaitu di Unpad. Tapi apa daya...Unpad pun menolak gue. Jadi tanpa pikir panjang gue pun memilih Undip, alasan pertama adalah karena biaya pendaftarannya lebih murah dibanding Unbraw. Alasan kedua, Undip masih-agak-deket sama rumah, Semarang gitu loh. Jauh juga sih..tapi kalo dibanding sama Malang? Masih lebih jauh Malang kan? Oke. Fix. Gue langsung daftar tes masuk Undip.
Ada yang beda dari tes masuk Undip ini dibanding tes-tes PTN yang lain, di dalamnya terdapat tes mata pelajaran Kewarganegaraan. I mean, come on, I really love this subject! Jadi gue sangat bersemangat saat harus belajar Kewarganegaraan. Dan pada saat hari tes itu tiba, alhamdulillah lancaaaar...
Sekitar 2 minggu akhirnya pengumuman hasil tes Undip pun keluar. Rasanya sangat amat menyiksa.. Lagi, lagi, dan lagi harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Trauma rasanya melihat tulisan, 'Maaf anda gagal' atau 'Maaf anda tidak diterima sebagai mahasiswa baru Universitas bla bla bla'. Ditambah lagi, Undip adalah pilihan terakhir atau bisa dibilang penentu kuliah atau tidak-nya diri ini di tahun 2012.
Setelah sholat shubuh, gue pun memberanikan diri untuk mengakses situs hasil tes Undip di internet. Bokap dan nyokap sudah kembali terlelap. Jantung gue rasanya mau copot, bener-bener susah nafas, tangan gemeteran, ditambah lagi denger kabar bahwa temen-temen seperjuangan banyak yang gak lolos tes ini. Diri gue berkata kalo gue harus siap mengulang tahun depan dan gak kuliah dulu tahun ini. Tetapi, setelah gue memasukkan nama, tempat tanggal lahir, serta nomor peserta kemudian klik 'enter', hasil yang keluar seperti ini...
Rasanya seneng, nggak percaya, sedih, terharu, tangan pun gemeteran...
Akhirnya.. Jurusan Hukum di PTN. Bokap pasti bangga pake banget.
Gue pun langsung lari ke kamar bokap dan nyokap sambil mewek, bilang ke mereka kalo gue lolos masuk hukum, kemudian bokap meluk gue terus langsung caw ngasih kabar ke eyang gue. Pagi harinya, para bude dan tante langsung memberi gue selamat dengan senyuman bangga. Bahkan, sms forward yang bertuliskan, 'Puji Tuhan Janice masuk Hukum Undip' dari salah satu tante gue sudah tersebar untuk menyebarluaskan kabar gembira ini.
Alhamdulillah ya Allah.. Rasanya lega sekaligus nggak percaya bisa dapet kesempatan buat kuliah di tahun ini. Jurusan yang gue pilih pun pas sesuai dengan kemauan. My journey is about to begin...
~to be continue...