Sabtu, 24 November 2012

The Return of Janice

Oh Gosh.. This blog is full of spider net, haven't touched it since...2011?! I am really really feeling sorry for myself to let this poor blog abandoned in a long time. So, in this time I would make a promise that I will share every little thing to this blog so I can re-read and re-read again how awful I am in writing and also remember all the stuffs that ever happened in my life. 

Posting terakhir di bulan Desember 2011 tentang kekhawatiran gue menjelang UAN diiringi dengan kehadiran SNMPTN Undangan, SNMPTN Tulis, SIMAK UI, dan berbagai macam jalur untuk masuk ke perguruan tinggi negeri and, as you know larangan orang tua untuk masuk universitas swasta membuat gue semakin ngeri dalam menghadapai all that fucking tests. Plus, gue sama sekali nggak mengambil bimbingan belajar apapun selain les matematika yang menurut gue lebih banyak ngobrol dan ketawa-ketiwi sama gurunya dibanding belajar berhitungnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa persiapan gue dalam menghadapai semua tes-tes PTN yang tingkat kesulitannya sudah stadium 4 adalah 0. 

Jujur, waktu dulu ngeliat temen-temen gue berangkat bimbingan belajar buat persiapan masuk universitas negeri itu rasanya bahagia. Bahagia aja ngeliat temen-temen yang punya kesempatan untuk belajar lebih mendalam untuk tes masuk PTN. Gue sama sekali nggak ikut bimbel bukan karena gue sok pinter, belagu, dan merasa bisa. Tapi karena satu hal, gue nggak punya duit buat bayar bimbel. Jadi gue cuma bisa berharap dapet ilmu yang cukup dari pendalaman materi di sekolah dan juga les matematika privat yang dimana gurunya aja gue cari sendiri dan kadang biaya les juga gue yang bayar sendiri. Life's just getting tougher and toughest, you know.

Kemudian, alasan-alasan kenapa gue nggak boleh masuk universitas swasta itu ada dua, yaitu:

1. Universitas Negeri lebih murah biaya pendidikannya dibanding Universitas Swasta.
2. Cita-cita bokap pengen punya anak kuliah di PTN.
3. Gue bisa jadi cucu eyang-embah pertama yang masuk Universitas Negeri, yaa seperti pecah telor lah.

Seems legit, right?

Dengan persiapan sama dengan 0 itu bukan berarti gue nggak berusaha dan belajar. I have tried! Tapi di tahun 2012 ini anak-anak pintar atau licik semakin banyak, jadi pesaing-pesaing itu lah yang membuat gue nggak lolos SNMPTN baik diundang maupun tulis (ngeles). Nasib gagal pun tidak berubah ketika gue ikutan SIMAK UI dan juga tes masuk Universitas Padjajaran dengan jalur mandiri. How poor I am. 

Gue udah mulai hopeless. Bokap pun juga udah menunjukan sinyal-sinyal bahwa gue harus mengulang tes PTN tahun depan, dengan artian tahun ini gue harus menganggur dan yeah..belajar lagi. UGM, UI, dan Unpad sudah menolak gue secara resmi. Gue pun melayangkan pikiran gue untuk mencari PTN yang berkualitas lainnya agar bisa membuat bokap bangga dan lega. Kemudian pilihan pun jatuh diantara Universitas Diponegoro dan juga Universitas Brawijaya. 

Dulu, gue sama sekali nggak kepikirian buat kuliah jauh-jauh dari rumah. Paling jauh ya harus Bandung yaitu di Unpad. Tapi apa daya...Unpad pun menolak gue. Jadi tanpa pikir panjang gue pun memilih Undip, alasan pertama adalah karena biaya pendaftarannya lebih murah dibanding Unbraw. Alasan kedua, Undip masih-agak-deket sama rumah, Semarang gitu loh. Jauh juga sih..tapi kalo dibanding sama Malang? Masih lebih jauh Malang kan? Oke. Fix. Gue langsung daftar tes masuk Undip. 

Ada yang beda dari tes masuk Undip ini dibanding tes-tes PTN yang lain, di dalamnya terdapat tes mata pelajaran Kewarganegaraan. I mean, come on, I really love this subject! Jadi gue sangat bersemangat saat harus belajar Kewarganegaraan. Dan pada saat hari tes itu tiba, alhamdulillah lancaaaar...

Sekitar 2 minggu akhirnya pengumuman hasil tes Undip pun keluar. Rasanya sangat amat menyiksa.. Lagi, lagi, dan lagi harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Trauma rasanya melihat tulisan, 'Maaf anda gagal' atau 'Maaf anda tidak diterima sebagai mahasiswa baru Universitas bla bla bla'. Ditambah lagi, Undip adalah pilihan terakhir atau bisa dibilang penentu kuliah atau tidak-nya diri ini di tahun 2012. 

Setelah sholat shubuh, gue pun memberanikan diri untuk mengakses situs hasil tes Undip di internet. Bokap dan nyokap sudah kembali terlelap. Jantung gue rasanya mau copot, bener-bener susah nafas, tangan gemeteran, ditambah lagi denger kabar bahwa temen-temen seperjuangan banyak yang gak lolos tes ini. Diri gue berkata kalo gue harus siap mengulang tahun depan dan gak kuliah dulu tahun ini. Tetapi, setelah gue memasukkan nama, tempat tanggal lahir, serta nomor peserta kemudian klik 'enter', hasil yang keluar seperti ini...



Rasanya seneng, nggak percaya, sedih, terharu, tangan pun gemeteran...

Akhirnya.. Jurusan Hukum di PTN. Bokap pasti bangga pake banget. 

Gue pun langsung lari ke kamar bokap dan nyokap sambil mewek, bilang ke mereka kalo gue lolos masuk hukum, kemudian bokap meluk gue terus langsung caw ngasih kabar ke eyang gue. Pagi harinya, para bude dan tante langsung memberi gue selamat dengan senyuman bangga. Bahkan, sms forward yang bertuliskan, 'Puji Tuhan Janice masuk Hukum Undip' dari salah satu tante gue sudah tersebar untuk menyebarluaskan kabar gembira ini.

Alhamdulillah ya Allah.. Rasanya lega sekaligus nggak percaya bisa dapet kesempatan buat kuliah di tahun ini. Jurusan yang gue pilih pun pas sesuai dengan kemauan. My journey is about to begin...

~to be continue...  

Sabtu, 17 Desember 2011

Frozen Brain

PROLOG: Hi, Visitors. Thank you for visiting my blog and leave your comments on a chat box. I really appreciate it, Guys, it means the world to me. And I will keep this blog alive and readable.

Hmm.. Sudah berbulan-bulan lamanya gue nggak posting. Bukan karena diriku malas, atau melupakan blog yang sudah lama daku bina eksistensinya di dunia per-blog-an. Tapi, gue nggak punya inspirasi buat nulis 'sesuatu' di blog ini. Otak gue minggu-minggu ini lagi membeku. Bahasa kerennya Frozen Brain

Mungkin otak gue bisa beku tong-tong begitu karena gue terlalu stress mikirin proses pencapaian cita-cita gue sebagai 'Orang yang Diutus Negara ke Luar Negeri'. Hahaha, singkatnya dan lebih jelasnya, gue tuh lagi ketakutan. Ketakutan or freaking out, you know. Ketakutan nggak keterima PTN. Kenapa? Karena, menurut orang tua gue, masuk PTN merupakan peristiwa yang membanggakan dan bisa mengangkat derajat seseorang yang sudah seringkali TERINJAK-INJAK oleh omongan dan berbagai macam fitnah yang muncul. Oke, enough. Gue nggak mau curhat. Intinya, tujuan gue masuk PTN buat banggain orang tua. Biar mereka happy, lega, dan bisa pamer ke mereka-mereka para mulut kadut yang nggak bisa gue sebutin namanya disini. 

Bagaimana caranya biar gue bisa masuk PTN? Caranya adalah jangan banyak mikir dan bacot, masuk kamar, dan belajar. Sebelum belajar, otak gue yang beku ini harus gue panasin dulu. Caranya? Dengan menjedotkan kepala ke arah tembok 10 kali. Dijamin, langsung gegar otak. 
Yak. Makin lama makin ngawur. Tapi, hati gue lebih lega setelah mencurahi eh mencurahkan isi hati dan kepusingan gue disini. Semoga setelah postingan ini gue ekspos, otak gue akan meluber (for good) dan inspirasi akan berdatangan secara tidak karuan dan cuma-cuma. 


Kamis, 25 Agustus 2011

Senior Year: All By Myself

Wow, ternyata udah lama sekali ya gue nggak posting-posting lagi. Maklum lah, gue lagi sibuk... Sibuk tiduran, main, nonton film, guling-gulingan, dan akitivitas lainnya yang useless. Otak gue akhir-akhir ini rada-rada buntu alias nggak ada satu pun inspirasi yang dateng kemari menghampiri otak gue yang lagi 'boring' ini untuk menghasilkan suatu tulisan. Pathetic..

Jadi, gue akan sharing sedikit tentang rasanya menjadi Senior di SMA. Jujur, gue sedih. Kenapa harus secepat ini gue jadi anak kelas 3 yang akan merasakan penderitaan, ketakutan, dan keputusasaan akan LULUS UAN dan LULUS SNMPTN? Siap nggak siap, gue harus siap! Siap menghadapi tantangan berat orang tua yang mengharuskan gue masuk PTN dan pastinya harus lulus UN dulu lah ya. Dan juga siap melihat teman-teman gue yang udah pada sibuk bimbel sana-sini, les sana-sini, dan sebagainya. Sementara gue? Hanya melihat kesibukan mereka sambil celingak-celinguk. 

Pasti yang baca postingan gue ini akan bertanya-tanya... atau mungkin tidak. Yaa, anggep aja kalian bertanya-tanya, 'Kenapa gak bimbel aja sih? Les privat gitu? Daripada celingak-celinguk doang ampe UAN.' Yayaya, siapa sih yang nggak mau bimbel? Temen-temen gue yang malesnya naujubilah pun pada bimbel gitu. Kalo isi dompet menyetujui untuk gue ikut bimbel, pasti gue udah ikut dari jaman kuda, men! Sayangnya, isi dompet lagi tidak berbaik hati jadi gue harus jungkir balik belajar sendiri agar bisa lulus UAN dan pastinya SNMPTN. 

Langkah pertama yang gue ambil adalah membeli buku-buku rangkuman yang akan di-UAN-kan. 
Langkah kedua yaitu beli buku-buku soal UAN dan SNMPTN. 
Langkah ketiga, BACA RANGKUMAN dan KERJAKAN SOAL-SOAL. Biasanya kalo abis gue beli cuma gue liat-liat, pajang, dan gue diamkan selama 1 tahun di lemari. Wekeke..
Langkah keempat kalo ada soal yang tidak dimengerti, gue akan kejar abis-abisan guru bidang studi di sekolah dan paksa untuk bantu memecahkan soal tersebut. 
Langkah kelima, lakukan langkah ketiga dan langkah keempat secara rutin dan efektif.

Yak, itulah 5 langkah yang InsyAllah dapat membantu diriku untuk lulus UAN dengan nilai yang bagus (amin) dan lulus SNMPTN UI/UGM (amin). Semoga bisa, mohon doanya ya para visitors.. Karena I don't have a choice instead PTN. Belajar sendiri untuk menghadapi tantangan seperti ini bagi gue sangat amat amat amat beraaaaaaat. Ditambah lagi buku-buku di Gramedia mahalnya amit-amit, jadi gue mesti ngesot ke Pasar Senen agar bisa beli buku-buku yang lebih murah dan harganya terjangkau, hohoho. Bayangin aja ya bukunya si @poconggg aje yang tipis begitu harganya 30 ribu keatas. Bisa miskin ane belanja buku di Gramedia.

Jadi, rencananya abis lebaran mungkin gue akan lompat ke Pasar Senen dan memborong buku-buku muraaaah *lompatkesenengan*, karena pada saat itulah dompet lagi sesek-seseknya sama duit THR. Cihuuuy! (Kalo THR-nya banyak, kalo nggak yaa lompat ke jurang). 
Nah begitu lah gambaran dari derita yang kira-kira akan menimpa gue selama setahun. Semoga derita ini berbuah manis...

Kesimpulan dari cerita diatas adalaaah... Yak. Sepertinya gue akan berjuang sendiri secara mati-matian biar nggak gagal. Karena hidup cuma sekali, sama seperti UAN dan SNMPTN yang cuma diadain sekali dalam satu tahun. Jadi, berusaha aja nggak cukup, harus disertai dengan kerja, kerja, kerja dan keras, keras, keras. 


That's all, buat para pelajar se-Indonesia yang sekarang duduk di kelas 12, keep fighting, Guys! 
Baiklah, Closing Backsound boleh dimainkan: Aaaaaall by myseeeeeeelf!... Don't wanna be... All by myseeeelf... *fadeout*

Minggu, 17 Juli 2011

Model Oh Model

Ini adalah pengakuan terbesar dalam hidup gue #lebaynisme. Tau gak seh loh? Gue pernah ikut ajang pencarian Gadis Sampul loh, bermodal dengan kaki gue yang buduk dan tinggi badan dibawah rata-rata, gue nekat ikutan ajang beginian. Yah coba-coba dalam hati gue berkata, setelah foto, isi data diri dan kirim ke redaksi, gue dapet surat panggilan, masuk ke 250 besar. Okeh. Dan perjuangan gue berlanjut sekaligus berhenti di 250 besar KARENA saat pengukuran tinggi. Yak 153 cm. Dibawah rata-rata yang seharusnya 155 cm. Gue cuma ketawa dalam hati, hehehe nekat amat gue ye..

Setelah itu gue menghapus keinginan untuk ikutan ajang-ajang macam begini, yang berkaitan dengan modeling dan fashion. Karena, I am not into it. Badan gue pendek, agak gendut sekarang karena kebanyakan makan cireng di sekolah, dan gaya berpakaian gue biasa aja dalam arti kaos+celana jins. Kalo pergi belanja, gue Cuma beli kaos, kaos, kaos. Kaos gambar princess, gambar kue, gambar lambang PKI (HAHAHA BECANDA BECANDA SUMPAH GUE NGGAK PUNYA KAOS ITU DEMI ALLAH). Kata nyokap, ‘Beli baju yang lagi model dong, yang girly.’ Oke, oke next time gue belanja lagi dan beli KAOS lagi. Hehehe.. Gue punya sih baju-baju girly gitu, tapi itu juga sumbangan dari sepupu gue. Kalo gue sendiri  gak pernah beli baju girly, kaos tuh lebih enak, apalagi yang gombrong.

Oke, setelah tragedi GadSam itu gue udah males ikut-ikutan ajang pencarian cewek cantik tinggi otak ada idaman pria. Keren sih emang kalo ikut begituan, membanggakan orang tua, dan pastinya pacar. Bisa dipamerin, seperti contoh: ‘Eh cewek gue model loh, GadSam loh, sering nongol di cover majalah loh, photogenic loh.’ Dan teman-temannya akan berkata: ‘Wow.. Serius loh? Wow, Keren banget lo men bisa dapet model.’ Dan wow lainnya.

Gue pun nyari pacar bukan dengan tipe ‘cowok kepengen dapet pacar seorang model’ atau tipe ‘cowok pengen juga sih dapet pacar seorang model.’ Dan finally… Gue mendapatkan lelaki yang menerima gue apa adanya. Adanya kaki buduk, badan pendek, nggak kayak cewek-cewek ‘7 Icons’, bukan dan tidak akan pernah menjadi model majalah, iklan, bikini, pakaian dalam atau lingerie. Alhamdu? Lillah..

Eh tapi, tapi emang dasar lelaki, nggak mungkin banget kalo mereka tidak ada hasrat untuk mempunyai pacar seorang model yang nampang di majalah atau kalender. Pada suatu hari, gue cuma iseng-iseng pengen ikutan ajang-ajang model di suatu majalah LAGI, dan cowok gue excited banget. Gue agak curiga, dan benar saja kemarin dia bilang, ‘Kamu foto di cover majalah dong, biar cantik.’ WHAT? MAKSUD LO JADI MODEL MAJALAH? Oke, you want that kind of girl? I’ll let you find those girls. Because I never will be a model. 

Hah, diriku merasa terhina. Sebenernya wajah gue bisa kok muncul di suatu media cetak. Gampang kali caranya, tinggal bakar-bakarin rumah warga, terus kabur. Alhasil, muka gue bakal nampang di majalah Pos Kota sebagai buronan yang resmi dicari oleh DPO setelah Nazarudin.    

Sabtu, 16 Juli 2011

Enak Banget Jadi Situ, Tukeran Hidup Yuk!

Beberapa hari yang lalu, gue nge-tweet: ‘Enak banget jadi situ, tukeran hidup yuk!’ Yaa maklum, kadang-kadang gue suka iri sama orang lain yang terlihat lebih beruntung hidupnya daripada gue. Agak menyesal sih sudah mengungkapkan perasaan yang menunjukan kalo gue-sangat-tidak-bersyukur dengan hidup gue. Tidak bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh-Nya seperti oksigen yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta secara cuma-cuma, gratis dan tidak perlu bayar di setiap hirupan. Bayangin aja kalau misalnya setiap kita nafas, kita harus beli oksigen. Nggak akan muncul tuh Gayus Tambunan Sampah Negara dengan uang bermiliat-miliar, Nazarudin Si Tukang Kabur, dan pejabat-pejabat yang menganggap uang 800 juta adalah uang recehan. Yang kaya akan jadi miskin karena uangnya buat bayar oksigen, yang miskin mungkin udah meninggal gara-gara tidak punya cukup uang untuk membeli oksigen. Nah, kalau gue sudah mulai kena gejala ‘tidak bersyukur’ maka gue langsung mengingat tentang permisalan oksigen ini. Dan bersyukur kembali.

Pastinya bukan cuma gue yang merasa tidak berkecukupan dalam hidup, orang lain pasti ada yang lebih banyak cobaan hidupnya daripada gue. Dan mereka merasakan hal yang sama, ingin tukeran hidup sama orang lain, orang yang sering bikin kita ‘ngiler’ dan sirik. Kriteria orang yang suka bikin sirik adalah:

1. Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau dan dia butuhkan.
2. Hidupnya damai seakan-akan cobaan yang mendatanginya hanya sedikit.
3. Mendapatkan uang secara gampang dan mudah.
4. Fasilitas di tempat tinggal sudah lengkap.
5. Ada pembantu (hehe, menurut gue pembantu itu bisa disamakan dengan malaikat rumah tangga)
6. Dan masih banyak lagi…

Yang pastinya kalau gue sebutkan satu-persatu nggak akan pernah habis. Kata guru agama gue, semua orang itu pasti punya cobaan hidup, nggak mungkin hidupnya sempurna. Ya betul itu, ada cobaan yang enak dan nggak enak. Bagi manusia yang mendapatkan cobaan enak termasuk golongan manusia ‘How Lucky You Are.’ Bagi manusia yang mendapatkan cobaan tidak enak sampai-sampai ‘bernafas’ aja susah, termasuk golongan ‘How Pity You Are’. Yah yang penting disyukuri aja ya, teman-teman yang senasib. Bersyukur, masih beruntung diberikan apa yang kita butuhkan walaupun mungkin tidak semua kebutuhan kita dipenuhi.

Untuk golongan manusia ‘How Lucky You Are’ harus meningkatkan banyak amal dan bersyukur yang tidak ada putus dan habisnya karena sudah ditempatkan di cobaan yang enak. Untuk golongan ‘How Pity You Are’ jangan jadi manusia yang musyrik. Mentang-mentang susah, jadi nyembah patung, ke dukun, pelihara upin-ipin (re: tuyul). Harus lebih banyak usaha, amal selagi ada uang, dan tetap bersyukur.

Hampir lupa, waktu gue nge-tweet kalimat sesuai dengan judul postingan diatas, tidak menyangka, banyaaaaaaaaaaaaaaaaak banget yang nge-Retweet sampai-sampai orang yang bukan followers dan nggak gue kenal juga ikut-ikutan nge-RT. Artinya, mereka juga merasa bahwa hidup mereka ‘kekurangan’. Mungkin kekurangan jalan-jalan tiap weekend, kekurangan duit jajan karena cuma 50 ribu per hari, kekurangan pacar (?), kekurangan kualitas otak, kekurangan kasih sayang dari orang tua, kekurangan tunjangan dari pemerintah (makanya pada korupsi semua!), kekurangan ini itu endebra endebre. Yah.. Bersyukur aja lah, seperti yang udah gue bilang diatas. Hidup itu berputar bagaikan roda sepeda fixie. Kadang berada diatasnya lama, kadang cepet banget merasakan hidup enak diatas kemudian kembali kebawah, kadang berada dibawah terus alias susah untuk ‘bernafas’ sulit untuk ‘bergerak.’

Maaf ya kalau postingan ini rada sensitif. No offense loh. Jadi kalau ada yang tersinggung maaf-maaf aja karena berpendapat itu bebas, tidak dilarang oleh hukum.  

Rabu, 06 Juli 2011

Terlalu Lama

Terlalu lama keyboard di laptop ini digunakan untuk hal-hal yang lebih berguna seperti posting di blog Janice's Stupid Story yang sepertinya sudah mulai 'jamuran'. 
Let me tell you something why I start posting in this Blog...

Gue adalah tipe orang yang suka mencoba ini dan itu di dunia tulis-menulis, dan pada saat Raditya Dika sedang happening karena blognya diangkat menjadi sebuah buku yang akhirnya laku keras, beribu-ribu anak muda termasuk gue juga melakukan hal yang sama. Memulai untuk cerita tentang hal-hal yang konyol atau 'ngelawak' lewat postingan blog. But for me, I think it didn't go well, because it wasn't me. 
Pada awal-awal postingan, gue mencoba untuk menceritakan tentang hal-hal yang bodoh (that's why I named this 'Janice's Stupid Story), tapi tidak semua cerita yang terjadi di hidup gue ini bodoh. Ada yang inspiring, meaningful, embarrassing, and unimportant thing. Karena, cerita di blog gue ini layaknya sudah seperti capcay yang isinya campur aduk maka gue berencana untuk mengganti nama blog gue, tapi itu hanya rencana loh, manusia boleh berencana tetapi Tuhan yang berkehendak. Ecieee..


Mungkin di nama baru, gue akan lebih giat dan lebih 'ingat' untuk menulis hal-hal yang seharusnya ditulis, maklum gue makin tambah umur makin lupa untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti, kadang-kadang cerita udah ada di kepala tapi munculnya saat jam tidur, kan males banget ye buka laptop lagi jadi gue berencana untuk menulisnya besok dan saat esok hari itu tiba gue pun LUPA seperti biasa-biasanya untuk membagikan cerita yang sudah mengendap di kepala dari semalam dan pada akhirnya lewatlah sudah satu cerita untuk menambah postingan di blog ini. Wassalam...

Minggu, 20 Maret 2011

To People Who Hates Me, With Love

Cuma sepotong lirik lagu yang menurut gue sangat offensive buat orang-orang yang nggak suka, benci, dan sebel sama gue. 

FYI, ada beberapa orang yang sebeeeel dan benciiiiii banget sama gue, dan gue kenal mereka, tapi disamping itu juga ada beberapa orang yang sama sekali nggak gue kenal tapi benci sama gue. 

and this is for you all, haters. 

"Just go ahead and hate on me and run your mouth, so everyone can hear.

Hit me with the words you got and knock me down.

Baby, I don’t care!

Cause I know one day you’ll be screamin’ my name
And I’ll just look away, that’s right"